Friday, February 1, 2008

Hati-Hati, Ada 'Jin' di Multifinance

Belajar dari Kasus Ustad Wana

Abraham Runga Mali


Rumah Wana bin Adun itu kini sepi. Begitu kira-kira suasana dua minggu setelah rumah itu ditinggal pergi pemiliknya yang saat ini sedang 'beristirahat' di Bui.

"Ketika usahanya masih jalan tempat ini ramai sekali. Begitu juga di halaman musholla, bahkan sampai di kebun-kebun itu," ujar Ajis, tukang ojek, yang mengantar saya ke rumah ini. Sepi rumah pemilik Amanah Motor itu seakan melengkapi kegetiran ribuan nasabah setelah impian mereka ditelan kotak ajaib sang Ustad.

Berdasarkan pengakuan Ustad Wana, niatnya sangat baik. Melalui Amanah Motornya dia ingin membantu orang-orang yang ingin memiliki mobil dan motor dengan cara kredit. Persyaratan yang dikenakan sangat mudah.

Nasabah cukup membayar 50 persen dari harga tunai yang akan dibeli. Sisanya lagi akan dicil tanpa bunga dalam satu sampai tiga tahun. Sebuah penawaran yang sangat menggiurkan. Begitu uang muka dibayar, pembeli bisa langsung membawa pulang mobil atau motor yang dipesannya.

Yang membuat lebih meyakinkan, Ustad Wana mengakui memiliki kotak ajaib. Kotak ajaib ini, demikian pengakuan Dirut Amanah Motor itu, bisa menggandakan uang muka dan anggsuran.

Para nasabah benar-benar diyakinkan dengan kemampuan gaibnya itu. Bahkan, masyarakat di sekitarnya tahu bahwa Wanna adalah pemelihara 'jin' yang yang bisa membantu orang, terutama bagi orang yang ingin berbisnis.

"Banyak orang yang sebelum memulai bisnis, membeli jin dari pak Ustad," demikian Andy, warga Bantar Gebang, Bekasi, yang juga menjadi korban dalam kasus ini menjelaskan.

Selain itu, jelas Andy, pak Ustad Wana sering memanfaatkan agama untuk menjalankan bisnisnya itu. Memang letak musholla yang seakan menyatu dengan rumah Wana bisa memperdayai nasabahnya. Tak mungkin orang 'yang dekat dengan Tuhan' bisa melakukan bisnis 'tipu.tipu', begitulah keyakinan dari sebagian nasabahnya.

Awal penipuan

Tapi justru dari sinilah awal penipuan itu dimulai. Dengan dibantu oleh 30 orang pegawainya Wana mulai beraksi. Dari 30 orang pegawainya, 10 orang adalah mereka yang bertugas untuk pengadaan mobil dan motor. Mereka sebenarnya adalah para calo yang berpengalaman dan memiliki hubungan khusus dengan perusahaan leasing.

Entah karena kekuatan 'jin' atau karena kebodohan warga, meski bisnis itu tidak masuk akal, perkreditan otomotif yang ditawarkan Wana menarik banyak peminat. Konon, menurut pengakuan dia, sedikitnya sudah 900 mobil dan 3.000-an motor yang sudah dilego melalui Amanah Motor ini. Korbannya merata mulai dari tukang ojek hingga anggota DPRD, para pejabat pemerintahan di Bekasi dan petinggi di jajaran polisi dan militer.

Memang pihak kepolisian memperkirakan sedikitnya 50 perusahaan pembiayaan di wilayah Jabodetabek menjadi korban petualangan Ustad Wana. Konon ada keterlibatan karyawan perusahaan pembiayaan dalam kasus perkreditan tersebut.

Itulah sebabnya tidak berlebihan kalau pihak kepolisian juga akan membongkar sejumlah perusahaan leasing yang ikut dalam jaringan penipuan ala kotak ajaib ini. Karena tidak mungkin perusahaan leasing begitu mudahnya mengucurkan pembiayaan mobil dan motor. Bisa saja benar kalau Sekjen Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Sebuah (APPI), Dennis D. Firmansyah menolak untuk ikut campur dalam persoalan ini. Tapi, yang pasti dugaan keterlibatan karyawan dari sejumlah perusahaan leasing dalam kasus ini merupakan tantangan bagi industri multifinance tersebut untuk terus berbenah.

Masalah kecerdasan

Mike Rini, seorang perencana keuangan, justru melihat rendahnya kecerdasan finansial masyarakat dalam kasus ini. "Salah satu bukti rendahnya kecerdasan ini adalah mudahnya mereka untuk tergiur mendapatkan kredit dengan harga yang murah. Ini jelas tidak masuk akal dan memiliki risiko yang tinggi. Mereka malah lebih percaya pada kekuatan gaib dari pada kekuataan finansial dan perencanaan sendiri."

Mestinya, jelas dia, para nasabah harus mempertanyakan ketika tahu ada kredit murah yang harus dilunasi tanpa bunga. Sebagai nasabah yang cerdas, mereka harus meneliti proposal bisnis atau kredit yang ditawarkan kepada mereka. Begitu juga institusi yang terlibat dalam perkreditan itu harus diketahui reputasinya.

"Karena kendati dealer yang langsung mengurusi kendaraan itu ke perusahaan pembiayaan, pembeli harus ikut mengecek. Kalau tahu insitusi pembiayaannya, mereka tentu tidak menyerahkan cicilannya pada kotak ajaib segala."

Kasus di kelurahan Cikiwul, Bantar Gebang ini, menurut Mike, jelas-jelas merupakan sebuah money game, sebuah modus penipuan bisnis yang paling sering dijumpai masyarakat. Dalam kasus itu Ustad Wana mengumpulkan uang di kotak ajaib dan kemudian memutarnya lagi di aset-aset yang lain.

Memang masyarakat konsumtif yang suka jalan pintas paling mudah menjadi korban penipuan. Mereka tidak menghargai proses berinvestasi dan menggandakana uang secara benar. Sebuah akar yang sama yang bisa menjelaskan mengapa negara ini menjadi sarang koruptor dan para pembohong publik.

Apalagi kalau mereka tahu kalau publik yang hadapinya adalah orang-orang yang suka bermimpi dan bercengkerama dengan makhluk-makhluk dari alam gaib. Hanya kecerdasan finansial yang bisa menghalau 'roh-roh halus' ini. Hati-hati, jin-jin masih bergentayangan, termasuk di perusahaan-perusahaan multifinance.

No comments: