Friday, February 1, 2008

Mewaspadai Euforia Waralaba

abraham Runga Mali

Waralaba (franchise) adalah bentuk bisnis yang paling banyak mendapat keuntungan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Karena dukungan teknologi itu, 'jaringan' yang merupakan kunci dalam bisnis ini bisa bekerja secara optimal. Tapi, justru karena dukungan itu, perkembangan waralaba diakui terlalu pesat sehingga bisa membahayakan. Tak ada cara lain, kecuali Anda mewaspadainya.

Soal pesatnya waralaba diakui oleh John Naisbit dalam bukunya yang sangat populer Megatrends dua dekade yang lalu. Menurut dia, waralaba merupakan konsep pemasaran yang paling berhasil selama sejarah umat manusia. Itu hanya mungkin karena bisnis ini bekerja dalam jaringan.

Mungkin Anda pernah mendengar atau bahkan pernah terlibat dalam bisnis MLM (multi level marketing). Kalau MLM adalah sistem pemasaran yang diciptakan agar bisa dijalankan oleh individu, maka waralaba sistem yang dikemas untuk perusasahaan. Waralaba adalah sebuah bentuk jaringan bisnis, jaringan yang terdiri banyak pengusaha yang bekerja dengan sebuah sistem yang sama.

Marvin Migdol dalam tulisannya Franchise Boom Continues, memperlihatkan perkembangan industri waralaba di dunia yang sangat dasyat. Kalau pada 1980 nilai bisnis yang dijalankan melalui waralaba masih tercatat sebesar US$335 miliar, maka pada 1996 nilainya meningkat menjadi lebih dari US$700 miliar.

Kita ambil contoh McDonald, salah satu bisnis waralaba paling besar saat ini. Perusahaan yang didirikan oleh Dick dan Mac Mcdonald bersaudara tahun 1940 ini baru dikemas sebagai usaha waralaba oleh Roy Kroc tahun 1955. Dengan sistem jaringan waralaba, perusahaan yang bermula dari kota kecil San Bernadino itu berkembang ke 122 negara. Sampai tahun lalu McDonald memiliki 30.000 restauran dengan 18.000 terwaralaba (franchisee).

Pertumbuhan waralaba di Indonesia juga tidak kalah mengagumkan. Hingga tahun lalu jumlah gerai yang dimiliki oleh perawalaba (franchisor) mencapai 1.978. Dari jumlah gerai tersebut, 1.674 adalah waraba lokal. Amir Karamoy and Asscociate mencatat, selama kurun waktu 1998-2004, waralaba lokal tumbuh rata-rata 14,7 persen, sementara waralaba asing rata-rata 7 persen.

Apa rahasianya?

Mengapa perkembangan waralaba itu sangat dasyat? Apa rahasianya? Pietra Sarosa, salah seorang pengamat waralaba mengatakan keunggulan utama waralaba adalah karena sistem yang disediakan. "Dengan demikian seorang pemodal yang akan menjalankan investasi tidak harus memulai lagi dari nol."

Memang trial and error dalam bisnis itu sangat melelahkan. Banyak penelitian memperlihatkan bahwa 90 persen usaha bisnis itu gagal dalam tiga tahun pertama.

Dengan menjalankan bisnis yang sudah memiliki sistem tertentu, seperti yang disediakan waralaba para pebisnis atau investor bebas dari risiko trial and error tersebut. Mungkin karena itu seorang penulis waralaba, Bob Brooke mengatakan keuntungan utama dalam bisnis waralaba adalah risikonya yang sangat minimal.

Namun itu tidak berarti waralaba itu sama sekali bebas dari risiko. Menurut Pietra, risiko terbesar franchise adalah karena terwaralaba tidak memahami sistem yang ditawarkan oleh franchisor (pewaralaba).

"Inilah kesalahan terbesar yang bisa terjadi, yaitu pihak terwaralaba tidak melakukan investigate before investing. Investigasi yang dilakukan baik terhadap sistem maupun kisah usaha dari pewaralaba," jelasnya.

Sementara itu, Amir Karamoy mengingatkan agar calon terwaralaba untuk membaca secara teliti isi perjanjian kerja sama yang disodorkan pihak pewaralaba. Misalnya soal masa kontrak, soal hal apa saja yang dapat membatalkan perjanjian kerja sama, dan juga soal pembagian keuntungan.

"Kalau njomplang atau keuntungan lebih banyak di pihak franchisor, maka calon terwaralaba harus hati-hati," tegasnya.

Prinsip kehati-hatian

Kehatian-hatian itu, jelas Karamoy karena pewaralaba lokal seringkali terlalu cepat menawarkan bisnisnya kepada konsumen tanpa terlebih dulu memperkuat diri dengan sistem dan manajemen yang teruji.

Dia mensinyalir, sekitar 60 persen dari franchisor lokal mengabaikan konsep bisnis yang mantap dan teruji. Apalagi pengawasan dari pemerintah belum dilakukan semestinya.

Karena itu di tengah menjamurnya waralaba di Tanah Air, investor harus tetap berhati-hati untuk menggandakan uangnya di bisnis tersebut. Karena kendati memiliki sistem, data memperlihatkan bahwa tingkat kegagalan bisnis waralaba masih cukup tinggi.

Menurut cacatan Amir Karamoy, tingkat keberhasilan waralaba dalam negeri masih sebesar 48 persen. Bandingkan dengan tingkat keberhasilan usaha waralaba di luar negeri yang mencapai 92 persen.

Agar berhasil dalam waralaba, belum cukup hanya dengan memahami sistem. Masih banyak urusan lain yang harus ditangani dengan mengikuti hukum bisnis biasa.

Misalnya soal kemampuan modal, kejelian memilih produk dan lokasi pemasaran serta kemampuan dalam memimpin unit usahanya yang dibeli dengan sistem waralaba tersebut.

Agar tidak berjalan sendirian, sebagai terwaralaba Anda harus yakin bahwa hubungan dengan franchisor bisa berlanjut setelah kontrak ditandatangani.

Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan bimbingan apabila menghadapi kesulitan. Selain berhungan baik dengan pewaralaba, Anda masih bisa memanfaatkan jasa para konsultan bidang waralaba.

No comments: