Friday, February 1, 2008

Ketika Anjing Memburu Duit

Abraham Runga Mali

Membisniskan anjing? Kenapa tidak. Mungkin, di telinga orang-orang yang 'berperikebinatangannya' tinggi, lebih sedap kalau dikatakan bahwa Anda bisa memburu uang bersama binatang rumah ini. Tidak percaya? Silahkan mencoba.

Kalau pernah memelihara anjing, Anda pasti tahu kalau binatang ini cerdas dan setia. Itulah sebabnya sudah sejak zaman batu anjing menjadi salah satu sahabat terdekat manusia. Konon binatang yang diduga berasal dari Asia Timur itu pertama kali menjalin persahabatan dengan manusia, saat nenek moyang orang Asia bermigrasi menyeberangi Selat Berling di Rusia menuju Alaska, Amerika Utara.

Sejak saat itu anjing menjadi salah satu penjaga dan sahabat manusia. Tapi, itu saja belum cukup. Karena nenek moyang anjing berasal dari serigala seperti yang diteliti Profesor McTaggart Cowan, anjing juga terkenal berani dan kuat berlari. Maka dia juga bukan saja hanya menjadi sahabat manusia di rumah, tapi juga saat manusia memburu binatang-binatang hutan. Bahkan, pada jaman modern ini dia adalah sahabat para polisi dalam memburu penjahat dan pengedar Narkoba.

Tapi justru karena sejumlah kemampuan dan keunggulan yang melekat pada binatang ini, Anda bisa juga memanfaatkannya untuk memburu uang. Sebenarnya bisa juga, dan ini paling mudah, Anda mengorbankan sahabat Anda ini dan menghidangkannya sebagai daging. Kendati lezat, tapi pasarnya sangat terbatas. Selain diharamkan, yang terbiasa dengan daging anjing ini hanyalah dari suku-suku tertentu di Indonesia. Lebih dari itu, Anda harus siap-siap menerima kritikan dari para penyayang binatang.

Masih ada cara lain yang lebih elegan untuk membisniskan anjing ini, terutama jenis anjing ras. Untuk itu kita perlu mendengar pendapat Boby Sant yang begitu fasih membeberkan peluang bisnis "Snuppy" ini. Membisniskan anjing adalah sebuah peluang bisnis yang tidak bisa dianggap remeh. Bayangkan kalau seekor anjing herder yang paling mahal di Indonesia pernah dijual dengan harga 50.000 euro atau setara dengan Rp 600 juta kalau satu euro ekuivalen dengan Rp12.000. Luar biasa bukan?

Karena peluang bisnis ini cukup prospektif, Bobby berani merilis web-site khusus dengan nama AnjingKita.Com. Tujuannya, jelas dia, agar memberikan informasi yang lebih akurat dan komprehensif tentang dunia peranjingan. Iklan penjualan anjing, iklan makanan dan aksesorisnya, termasuk pendapat yang berkaitan dengan haram tidaknya anjing dapat dibaca di web-site ini.

Menurut Bobby setiap orang memiliki motivasi yang berbeda ketika memelihara binatang rumah ini. Pertama, ada yang memelihara anjing hanya untuk sekadar mencari nama. Misalnya anjing piaraannya diikutkan dalam berbagai pameran dan perlombaan. Sebagai pemiliknya, orang itu tentu sangat berbangga andaikan sahabatnya dipilih sebagai pememang

Dan asal tahu saja, perlombaan dan pameran anjing ras di Indonesia makin sering dilakukan. Misalnya dari Klub Rottweiler, atau dari jenis anjing ras yang lain seperti anjing gembala Jerman (herder), boxer, pekingese dan lain sebagainya. Sekali perlombaan bisa diikuti oleh ratusan anjing. Tidak main-main, juri-juri yang menilai hasil perlombaan anjing ini berkelas internasional yang sering didatangkan dari luar negeri.

Bisa karena hobi

Motivasi kedua adalah urusan hobi. Dengan memelihara anjing mereka bisa merasa terhibur dan terbebas dari stress dan tekanan rutinitas pekerjaan. Sri Widati mantan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengalami hal ini. Konon, dengan mendengar gonggongan anjing, perasaan stress Bu Sri bisa hilang.

Tapi, asal Anda cerdas, hobi ini pun bisa dikembangkan untuk mendatangkan sedikit uang. Begitulah yang dilakukan oleh Steven yang belum lama ini menawarkan tiga anak Pittbus berhidung merah. Dua ekor Pittbus betina ditawarkan masing-masing Rp2,5 juta, sementara seekor Pittbus jantan dijual dengan harga tiga juta rupiah. Dia mengakui kalau dia menjual anak-anak anjing ras itu bukan karena pekerjaan utamanya adalah memelihara anjing. Bukan.

"Itu hanya semata-mata hobi. Dan kebetulan ada kelebihan anak-anak Pittbus, maka saya menawarkan kepada orang lain. Dan banyak orang yang melakukan itu hanya sekadar hobi seperti saya."

Motivasi ketiga, jelas Boby, adalah orang yang memelihara anjing karena itu merupakan ladang bisnisnya. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan cara menjual dan membeli anak-anak anjing ras itu. Ya orang itu menjadi pedagang. Cara lain adalah dengan menjadi pembiak dengan memelihara induknya. Supaya lebih hemat, jantannya hanya dikawinkan dengan menyewa pejantan lain.

Dengan menjadi pembiak kawakan, Anda akan dicari karena pembeli akan meminta informasi yang sangat detil. Dan biasanya para pembeli akan lebih mantap mendapatkan informasi soal anjing dari pembiak yang berilmu dan berpengalaman daripada hanya dari seseroang pedagang anjing. Ya informasi mengenai sejarah keturunannya, usianya, anatominya dan segala kekhususan mengenai anjing itu.

Ini baru bisnis jual beli anjing. Masih banyak peluang bisnis lain yang mendukung bisnis ini. Misalnya makanannya, pelatihannya, tempat penitipannya, kandang, termasuk penyelenggaraan pameran dan perlombaan yang akhir-akhir ini makin diminati.

Contoh tempat penitipan di Happy Pets Dogs & Cats Hotel yang berlokasi di perumahan BSD, Nusa Loka, Sektor 14. Untuk penginapan semalam, pemilik anjing itu harus membayar Rp 50 ribu. Mereka juga melayani jasa antar jemput untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan pungutan antara Rp50.000 hingga Rp75.000.

Tentu saja Anda bisa juga membuka toko untuk menjajakan aksesorisnya seperti sampo, pengering bulu rambut, kandang dan sebagainya. Sebagai contoh kandang lipat buatan Taiwan bisa dijual dengan harga Rp325.000, atau sampo jenis Shampoo Nice Coat untuk jenis pembasmi kutu (Formula Flea & Tick) ukuran seribu mili liter dijual dengan harga Rp51.000.

Jadi Anda bisa memilih pada bagian mana dari dunia peranjingan yang bisa Anda geluti. Mungkin saja kalau kehidupan Jakarta yang kian keras dan relasi antar manusia kian renggang, maka kebutuhan untuk menjadikan anjing sebagai sahabat dalam kehidupan sehari-hari kian besar. Mungkin kebutuhan itu tidak setinggi pada masyarakat Eropa dan Amerika yang sangat individual.

Di Amerika, menurut catatan American Pet Products Manufactures Association, sedikitnya 62 persen rumah tangga memelihara hewan. Persentasi tersebut meliputi 78 juta kucing dan 65 juta anjing. Konon, pada tahun lalu keluarga-keluarga itu menghabiskan dana Rp320 triliun untuk hewan piaraan mereka. Jumlah ini meningkat Rp20 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp300 triliun.

Di Indonesia, khususnya di Jakarta, perkembangan mungkin tidak sepesat itu. Tapi bukan tidak mungkin jumlahnya akan terus meningkat.

Bobby mengakui minat orang akan anjing dari hari ke hari kian meningkat. Itu terlihat dari jumlah pengunjungi web-site-nya yang rata-rata per hari mencari seribu orang. Kalau begitu, mengapa Anda tidak mencoba memanfaatkan peluang ini?

No comments: