Friday, February 1, 2008

Pemimpin Jaringan

Abraham Runga Mali

Salah seorang penulis yang paling antusias berbicara soal pentingnya jaringan dalam bisnis adalah Robert. T. Kiyosaki. Dalam berbagai bukunya seperti Rich Dad Poor Dad, Rich Dad's CASHLOW Quadrant, Rich Dad's Guide to Investing, atau Business School, penulis campuran Jepang-Amerika ini memberi tempat yang tinggi pada bisnis berkekuatan jaringan.

Jaringan itu kunci sukses finansial, kata dia. Maka bisnis yang paling dianjurkan adalah waralaba dan bisnis jaringan pemasaran atau MLM (Multi Level Marketing). Bisnis jenis ini berbeda dengan cara berbisnis tradisional yang mengajarkan orang untuk menjadi karyawan atau bekerja sendiri untuk mendapatkan uang. Ini cara lama. Benar di sana orang diajarkan untuk bekerja keras. Dan mereka mendapatkan uang dari pekerjaannya itu. Tapi, hasilnya terbatas, sebatas potensi dirinya dan waktu pribadinya.

Pada sistem jaringan, sistem yang sering digunakan oleh oleh pengusaha dan investor, hasilnya jauh lebih optimal. Bahkan, pada saatnya, bisnis dan uang itu akan dibiarkan bekerja untuk pemiliknya. Tentu dengan memanfaakan uang dan waktu orang lain. Makin banyak orang dilibatkan dalam jaringan itu, makin besar uang yang mungkin didapatkannya.

Dengam maksud membangun sebuah jaringan yang solid dan efektif, Kiyosaki juga kerap bicara soal pentingnya kepemimpinan dalam menentukan keberhasilan bisnis jaringan pemasaran. Anda harus berhasil menginsipirasikan orang lain untuk menemukan kehebatan pribadi mereka. Termasuk dengan menggali impian mereka yang paling liar sekali pun.

Menjadi pemimpin berarti Anda harus mampu menggerakkan orang lain untuk berjuang menggapai apa yang mereka impikan. Di MLM, pekerjaan rutin Anda adalah menginspirasikan, menggerakan, memotivasi orang lain. Itu pekerjaan kepemimpinan. Masing-masing orang harus menjadi pemimpin.

Kepemimpinan

Di MLM, orang belajar menjadi pemimpin. Bahkan, banyak program pendidikannya, diakui sebagai pelatihan bisnis dan pengembangan kepemimpian terbaik. Ada keyakainan di sana, "uang selalu mengalir kepada pemimpin. Kalau kamu menginginkan lebih banyak uang, cukuplah menjadi lebih dari seorang pemimpin."

Sampai di sini, orang-orang MLM boleh bertukaran pengalaman dengan sebuah organisasi atau jaringan yang lain. Jaringan Jesuit, atau Serikat Jesuit. Karena di sana pun, kepemimpinan atau menjadi pemimpin mendapat tempat terhormat. Bahkan, itu adalah nilai yang turut menentukan keberhasilan organisasi itu.

Adalah Christ Lowney melalui bukunya Heroic Leadership: Best Practises from a 450-Year-Old Company Thet Changed the World (2003) yang memperkenalkan paradigma dalam memahami arti kepemimpinan.

"Saya terkesan kepemimpinan dalam Serikat Jesus (SJ). Coba sebutkan perusahaan, organisasi, atau lembaga yang mendapat kriteria sebagai organisasi paling sukses dan bisa bertahan selama 465 tahun atau hingga sekarang? Tidak banyak untuk mengatakan tidak ada, kecuali SJ. Di antara organisasi keagamaan sesama Katolik, Jesuit adalah champion," ujar Lowney kepada surat kabar Kompas belum lama ini.

Buku Heroic Leadership saat ini berada pada peringkat pertama di Amerika Serikat dan menjadi finalis dalam Book of the Year Award Majalah Foreward. Alasannya, buku ini berhasil menggali pengalaman dari sebuah serikat atau jaringan dalam mengedepankan kultur kepemimpinan yang baru, sebuah manajemen baru.

Serikat ini didirikan oleh Ignasius Loyola pada 1954. Sampai saat ini, di organisasi itu terdapat 21.000 personel yang mengelola 2.000 lembaga, terutama lembaga pendidikan yang tersebar di sedikitnya 112 negara.

Lembaga sekolah yang dikelolanya sudah berhasil mendidik banyak tokoh di dunia. Termasuk di antaranya Bill Clinton, Francois Mitterand, Fidel Castro, aktor AS peraih Oscar Denzel Washington, Presiden Meksiko Vicente Fox, manta Ketua NBC yang kini menjadi Ketua Sony Corporation Robert C. Wright, mantan PM Kanada Pierre Trudeau dan sekitar 40 orang yang kini menjadi anggota di Konggres AS.

Tentu termasuk tokoh dunia terkenal lain semisal penjelajah Benedetto de Goes, ahli lignuistik Matteo Ricci, serta pakar matematika dan astronomi Christopher Clavius.

Kepemimpinan yang diperkenalkan di antara anggota Jaringan Jesuit memang lain. Di sana ada pemimpin, tetapi dia memimpin tidak dalam model konvensional, yaitu menentukan jalan organisasi dan anggota yang lain bergantung pada komando satu orang ini. Tidak. Sebaliknya, setiap orang harus menjadi pemimpin di mana pun dia berada.

Insting Jesuit

Di situlah insting Jesuit yang membuat kelompok ini berhasil. Kepemimpinan dan kepahlawan ada pada setiap orang. Nilai-nilai itu harus digali dan dikembangkan secara optimal dalam diri setiap orang sehingga kehadirannya dalam jaringan juga berfungsi optimal. Lowney memperlihatkan empat pilar yang mendasari kepemimpinan para Jesuit ini.

Pertama, setiap Jesuit harus memiliki kesadaran diri sendiri (self-awareness). Dia harus mengenal kekuatan dan kelemahan dalam dirinya, memiliki nilai dan pandangan sendiri. Kedua, setiap Jesuit juga memiliki ingenuity (keunikan), yaitu kemauan melakukan inovasi dengan keyakinan dan mau menyesuaikan diri dengan perubahan dunia.

Ketiga, setiap Jesuit harus memiliki cinta (love). Cinta ini yang memampukan seorang Jesuit untuk berrelasi dan berinteraksi dengan pihak lain dengan pandangan dan cara yang positif. Hanya dengan itu, seseorang yang adalah pemimpin itu bisa membuka potensi yang ada pihak lain juga.

Keempat adalah heroisme, yaitu kemampuan mengoptimalkan potensi diri dan potensi orang lain dengan semangat heroik dan disertai keinginan dari masing-masing dan bersama-sama untuk mencapai keinginan itu.

Empat pilar itu yang membuat Jaringan Jesuit menjadi kelompok yang kuat yang memiliki kultur perusahaan tersendiri. Kultur itu di kalangan internal jaringan mereka disebut modo de proceder (cara kita melakukan banyak hal, the way we do things). Jadi tak perlu heran kalau dalam seperti ini, mereka juga berhasil secara finansial. Uang memang mengalir kepada pemimpin.

Mestinya, kalau kita mau berhasil membina jaringan atau mengembangkan organisasi yang baik, belajarlah dari para Jesuit. Kultur mereka sudah teruji. Mereka sudah terbukti berhasil membangun serikat dan jaringan. Caranya hanya satu, setiap orang harus menjadi pemimpin dalam jaringan tersebut.

2 comments:

abraham said...

Tulisan ini sangat inspiratif. Teruskan. Hanya sedikit orang yang meluang waktu dan menulis tema-tema seperti ini. Sekali lagi, terima kasih. Kornelius, Sintang

Anonymous said...

ini tulisan yang sangat bagus.