Friday, February 1, 2008

Masyarakat tanpa Sekolah

Abraham Runga Mali

Deschooling society. Masyarakat tanpa sekolah. Itulah pemikiran yang dilontarkan Ivan Illich. Ekstrim memang. Maklum, itu adalah protes seorang tokoh yang menyuarakan pembebasan dari Amerika Latin bersama Gustavo Guttierez, Leonardo Boff, Juan Luiz Segundo dan masih banyak yang lain.

Kalau Guttierez dan kawan-kawan sibuk mengkutak-katik pemahaman teologis terhadap realitas kemiskinan di Amerika Selatan, maka Illich lebih menyoroti soal pendidikan. Tapi, mereka sama dalam satu hal, yaitu memakai pisau analisa Karl Marx dalam memahami realitas sosial.

Karena itu, sudah bisa ditebak arah perjuangannya, yaitu menentang para pemilik modal dan bentuk-bentuk penindasan. Termasuk gereja yang sering berselingkuh dengan pemilik modal menjadi sasaran mereka. Itulah sebabnya bersama rekan-rekanya seperti Boff dan Guttierez yang juga pastor, Illich harus terus berkonfrontasi dengan pemimpin tertinggi mereka di Vatikan.

Tentu Illich tak ambil pusing. Dia tetap menyulut pemikiran bahwa sekolah sudah diperalat oleh para penindas. Sekolah sudah dikorupsi.

Menurut dia, baik murid maupun guru di Amerika Latin adalah orang-orang frustasi. Frustasi dengan biaya sekolah yang tinggi. Mereka tertindas. Karena itu harus segera dibebaskan.

Illich yakin penindasan itulah yang akan dilanggengkan melalui insitusi yang bernama sekolah. Karena terbukti sekolah tak mengubah apa-apa. Kalau berubah, itu hanya pola hidup konsumtif yang ujung-ujungnya melanggengkan kemiskinan orang Amerika Latin. Orang kaya tetap makin kaya, orang miskin menjadi semakin miskin.

Sekolah tak memberikan pemikiran alternatif. Yang ada hanya tumpukan informasi. Tak ada kritik. Dengan pemikirannya yang digodok di CIDOC (Centre for Intercultural Documentation) yang didirikannya di Puerto Rico tahun 1960-an, dia ingin mencair kebekuan itu dan membebaskan orang-orang miskin dari belenggu sekolah.

Dengan menggagas 'to de-school' (tanpa bersekolah), dia ingin menghancurkan kekuasaan orang yang mewajibkan orang lain untuk melakukan 'pertemuan' di sekolah. Siapa yang mewajibkan mereka? Atas kuasa dan kepentingan apa mereka menyelenggarakan sekolah? Informasi seperti apa yang berlalu lintas di lembaga tersebut?

Kritiknya terhadap sekolah menyangkut beberapa hal berikut. Pertama, adalah kritik terhadap sekolah sebagai proses institusionalisasi. Proses ini sering menghancurkan kepercayaan diri dan kapasitas diri individu dalam memecahkan persoalan. Proses ini seperti parasit dan kanker yang membunuh kreativitas anggota masyarakat.

Kedua, adalah kritik terhadap para ahli dan keahlian yang dihasilkan lembaga pendidikan formal ini. Menurut Illich, mereka itu lebih banyak memberikan kerusakan dari pada manfaat bagi masyarakat.

Mereka menganalisa situasi politik dan sekaligus mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Mereka mengontrol produksi informasi dan menentukan mana yang valid dan mana yang tidak.

Ketiga, para profesional dan institusi yang terlibat dalam institusi sekolah menjadikan proses belajar sebagai komoditas. Untuk mengambil keuntungan, mereka memonopoli produksi informasi, mereka membatasi distribusinya dan mereka menentukan harganya. Tak mengherankan kalau biaya sekolah di Amerika Latin saat itu sangat tinggi.

Sekolah yang demikian, harus segera diumumkan kematiannya. Tak perlu ada sekolah lagi. Karena yang penting dalam pendidikan menurut dia adalah proses penyadaran diri. Konsientisasi. Anak didik harus dibimbing untuk menyadari dengan kondisi hidupnya yang tertindas. Dan itu tak perlu harus berlangsung di sekolah.

Proses konsientisasi bisa terjadi di mana-mana. Tentu tidak berhenti di situ. Yang terpenting adalah kemampuan untuk mengubah kondisinya.

Para petani, nelayan dan buruh pertama-tama harus memahami kondisi mereka masing-masing. Mereka yang lebih mengerti kondisinya. Tak harus diajari orang lain. Mereka harus bisa merumuskan kebutuhan dan langkah-langkah yang perlu untuk perubahan.

Selanjutnya, menurut dia, adalah motivasi bagi seseorang untuk mencari informasi yang penting bagi dirinya untuk perbaikan hidupnya. Jadi belajar seumur hidup (long life learning) sangat dianjurkannya. Masyarakat itu adalah sekolah tempat kita belajar tanpa henti.

Pembrontakan Illich berujung pada sebuah solusi. Dari proklamasi 'masyarakat tanpa sekolah', Illich sampai pada keyakinan bahwa 'masyarakat adalah sekolah'. Sampai di persimpangan ini, Illich yang sosialis bertemu dengan Robert T. Kiyosaki, seorang ahli keuangan Amerika Serikat yang tentu sangat kapitalis.

Tentu lain Illich, lain Kiyosaki. Kalau yang pertama mencetuskan 'kebebasan dari' penindasan ekonomi, maka yang kedua berbicara soal 'kebebasan untuk' mencapai sebuah stabilitas ekonomi. Sama-sama bermimpi tentang kehidupan yang lebih baik.

Dan, keduanya pun sepakat bahwa mimpi itu bisa diraih tanpa harus dibelenggu pada persoalan institusi yang namanya sekolah.

No comments: