Friday, February 1, 2008

Kemerdekaan Finansial

Abraham Runga Mali

Mungkin sudah sangat sering Anda mendengarkan dan membaca kata kebebasan finansial. Mengertikah Anda sesungguhnya apa yang dimaksudkan dengan kebebasan finansial? Bersyukurlah kalau sudah. Bagi yang belum memahami, sekaranglah saatnya. Dalam suasana peringatan kemerdekaan negara ini, mari kira arahkan perhatian sejenak pada makna kemederkaan yang satu ini.

Di Indonesia, kata kebebasan finansial mulai dikenal seiring dengan popularitas buku-buku Rober T. Kiyosaki. Memang dia adalah salah satu yang mempromosikan cita-cita dan pengertian financial freedom ke seluruh dunia. Tentu pertama-tama di Amerika Serikat.

Kendati, sudah lama kata-kata itu bergema di negaran asalnya, belum banyak orang memahaminya. Atau di antara mereka belum sepakat dengan makna kata ini. Itu terbukti pada awal bulan lalu, dalam suasana peringatan deklarasi kemerdekaan Amerika, penasihat keuangan Feffrey D. Voudrie masih perlu menulis soal ini.

Tidak sama dengan kaya

Dalam tulisannya Let Financial Freedom Ring, dia berkeberatan dengan pendapat banyak orang yang mengartikan kebebasan finansial sebagai memiliki banyak uang dan hidup layak dengan uangnya itu. Karena kalau demikian, bukan hanya tidak mungkin ada orang yang berhasil meraihnya, tapi akan susah mencari batasannya.

“Seberapa banyak uang yang diperlukan untuk mendukung hidup yang layak itu,” demikian Voudrie bertanya. Pertanyaan itu relevan. Apakah uang itu diperlukan sebanyak kebutuhan, atau sejauh keinginan?

Karena kalau mengikuti keinginan manusia yang tidak terbatas itu, maka uang yang diperlukan menjadi tak terbatas pula. Kalau demikian, apakah masih adakah kebebasan finansial itu? Atau, jangan-jangan dia hanya ada secara konseptual.

Untuk keluar dari kemelut itu, Voudrie maju dengan sebuah rumusan yang lebih sederhana. “Financial freedom is not about spending more, but worrying less. It is more about the relationship between your life style and your income.”

Tentu dengan rumusan in, tidak berarti semuanya menjadi terang benderang. Dengan pendapatan seberapa dan gaya hidup seperti apa, orang itu bebas secara finansial? Tak ada yang memberi jawaban yang pasti.

Kiyosaki hanya mengatakan bahwa kebebasan itu buah dari kecerdasan seseorang dalam bekerja dengan memanfaatkan jaringan. Dalam jaringan, demikian Kiyosaki, seseorang justru memanfaatkan waktu, tenaga dan uang orang lain

Hasilnya, ada passive income. Uang akan terus mengalir ke kantong seseorang dan dia akan terlepas dari segala macam kesulitan finansial. Tapi, sekali lagi apa mungkin seseorang bebas dari persoalan uang kalau dia tidak segera membatasi keinginannya?

Andaikan seseorang yang sudah memiliki kapal pesiar, tapi masih cemas dan harus menguras waktu dan tenaga untuk memburu uang guna membeli pesawat, apakah dia termasuk jenis orang yang menikmati kebebasan finansial? Bukankah tak ada jaminan bahwa setelah pesawat sudah terbeli, dia juga masih cemas dan harus berjuang lebih keras lagi untuk memiliki pesawat kedua, ketiga dan seterusnya.

Suze Orman berusaha menjawab kecemasan orang-orang yang sudah memiliki banyak uang itu. Karena itu berbeda dari Kiyosaki, ketika berbicara kebebasan finansial dalam bukunya The 9 Steps to Financial Freedom, Suze justru berbicara tentang kemampuan seseorang untuk melepaskan diri (baca: bebas) dari uang pada saat dia memiliki banyak uang.

Dalam keadaan ‘bebas’ seperti ini, demikian Suze, seseorang bisa berkuasa atas uang. Suze yakin inilah makna kebebasan finansial yang sesungguhnya karena seseorang tidak lagi diperbudak oleh uang dan keinginannya. Karena kalau tidak memiliki kebebasan itu, jelas dia, seseorang bisa mengorbankan hal-hal lain yang tidak kalah penting seperti kehidupan keluarga, etika, cinta atau mungkin religiositas.

Bersifat personal

Untuk itu seorang perencana keuangan seperti Ron Pearson lebih tertarik membicarakan kebebasan finansial sebagai kemampuan seseorang secara personal untuk memenuhi impiannya. Kalau seseorang dalam hidupnya mempunyai impian untuk menyekolahkan anaknya, dan kalau dia berhasil melakukan itu, dia telah memiliki kemerdekaan itu.

Dan itu dibenarkan oleh perencana keuangan yang lain, Stacy Francis yang menekankan pentingnya seseorang menetapkan tujuan personal dalam dalam hidupnya. Menurut ilmu perencanaan keuangan, tujuan seseorang sudah jelas, yaitu bagaimana menetapkan kebutuhan hidupnya (goals), seperti kebutuhan untuk menjamin risiko hidup melalui asuransi, memenuhi segala kebutuhan hidup sehari-harinya seperti kebutuhan akan rumah, pendidikan anak dan juga termasuk bagaimana merencanakan pensiunnya.

Setelah menetapkan tujuan, jelasnya, tahap berikut adalah menghitung segala pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dan impian-impian itu. Baru terakhir adalah membuat perencanaan (plan) dengan tahapan yang jelas bagaimana seseorang harus bekerja, berapa pengeluaran dan berapa tabungannya.

Karena itu, menurut Francis, faktor yang menentukan apakah Anda akan mencapai kebebasan finansial adalah dengan melihat bagaimana Anda mengatur pengeluaran dan bagaimana Anda menabung. Sesederhana itu, kata Francis.
Kalau demikian, tidak cukup Anda memahami pengertian kebebasan finansial secara konseptual. Yang lebih penting adalah Anda sadar bahwa kondisi kebebasan finansial Anda berbeda dengan yang lain. Dan yang lebih penting lagi, mulai sekarang deklarasikan kemerdekaan finansial Anda. Baru setelah itu, dan ini yang terpenting, Anda berjuang untuk mencapainya. Merdeka!

No comments: