Tuesday, January 22, 2008

Mari 'Membobol' Bank

Abraham Runga Mali

Sejak harga BBM melangit, hidup terasa sulit untuk bangkit. Kinerja perekonomian kian terpuruk. Sejumlah perusahaan gulung tikar dan makin banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Tak heran kalau pengangguran dan kaum miskin terus bertambah. Yang punya uang pun-terutama yang pas-pasan-terkuras daya belinya karena harga barang-barang kebutuhan terus merangkak naik.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda membutuhkan banyak kucuran dana? Jangan khawatir ada caranya untuk mendapatkannya. Di bank ada banyak uang. Tinggal Anda pintar-pintar 'membobol' lembaga keuangan tersebut.

"Dalam keadaan sulit seperti sekarang ini wajar kalau bank tetap menjadi incaran untuk mendapatkan pendanaan," ujar Mike Rini, seorang perencana keuangan. Ada sejumlah kebutuhan yang mau tak mau harus dipenuhi. Dan untuk itu, jelas dia, tak heran kalau banyak orang tetap mengajukan kredit ke perbankan.

Mungkin saja selain perbankan Anda bisa mendapatkan uang melalui pinjaman dari tempat lain entah itu dari keluarga, teman atau mungkin saja dana dari warisan. Dana jenis ini memang sangat murah karena mungkin Anda tidak dikenakan bunga. Tapi biasanya jumlah sangat terbatas dan tidak banyak orang yang mendapat keberuntungan seperti itu.

Mungkin juga Anda bisa mendapatkan dari pegadaian atau dari perusahaan pembiayaan (multifinance), tetapi suku bunganya sangat tinggi dan untuk kepentingan yang sangat terbatas. Karena itu perbankan tetap menjadi alternatif pendanaan yang menarik.

Semangat masyarakat untuk mendapatkan kredit perbankan terlihat dari hasil survei yang dilansir oleh Bank Indonesia belum lama ini.

Pada awal tahun ini permintaan itu diperkirakan tetap tinggi karena peningkatan kebutuhan, bertambahnya keperluan pembiayaan dan kondisi ekonomi nasional yang diperkirakan semakin membaik.

Lagi pula, permintaan konsumen tersebut diperkirakan mendapat komitmen perbankan untuk memberikan persetujuan kredit.

Hal itu sangat mungkin karena rasio kecukupan modal (CAR) perbankan yang mulai naik dan semakin longgarnya kebijakan moneter, termasuk cenderung menurunnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Memang dalam kenyataan suku bunga kredit masih tinggi, yaitu sekitar 18 persen. Tapi, kalau Anda yakin bisa mengembalikan cicilan bunga itu mengapa mesti ragu memanfaatkan kredit perbankan? Yang penting dari sisi perencanaan keuangan, jelas Mike Rini, jumlah cicilan untuk kredit itu tidak lebih dari 30 persen penghasilan dalam sebulan.

"Memang sangat dianjurkan agar kredit itu ditujukan untuk hal-hal yang produktif. Katakanlah untuk kegiatan usaha yang prospektif sehingga hasil dari usaha tersebut bisa disisikan sebagian untuk membayar cicilan bunga," tegas Rini.

Jopie Jusuf, Kepala Divisi Kredit Konsumsi Bank Mega, dalam bukunya bertajuk Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank menjelaskan ada sejumlah alasan mengapa kredit ke perbankan diajukan.

Pertama adalah untuk membeli barang seperti mobil, rumah, motor, komputer dan seterusnya. Yang kedua adalah untuk memulai usaha baru dan membiayai ekspansi usaha. Ketiga untuk memenuhi kebutuhan dana sesaat. Dan terakhir adalah untuk memperbesar tingkat pengembalian modal (return on equity).

Tingkat pengembalian

Tingkat pengembalian adalah nilai lebih yang diperoleh setelah melakukan investasi untuk waktu tertentu. Misalnya untuk tingkat pengembalian deposito yang menjadi ukurannya adalah bunga.

Misalnya suku bunga deposito adalah 12 persen per tahun, maka dana yang diinvestasikan di deposito mendapatkan nilai tambahan atau nilai lebih sebesar 12 persen setahun kemudian.

Untuk usaha, tingkat pengembalian terlihat dari perbandingan laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Misalnya Anda memulai bisnis dengan modal sendiri sebesar Rp100 juta.

Dalam setahun usaha tersebut mendatangkan laba bersih Rp10 juta. Maka dalam usaha ini tingkat pengembaliannya hanya 10 persen (Rp10 juta/Rp100 juta).

Dengan pinjaman bank Anda bisa memperbesar tingkat pengembalian ini. Misalnya kendati memiliki uang tunai Rp100 juta, Anda hanya memanfaatkan untuk modal usaha Rp80 juta, dan Rp20 juta adalah pinjaman dari perbankan.

Dari usaha itu laba yang diperoleh juga Rp10 juta. Tapi karena Anda harus membayar cicilan Rp2 juta, maka laba bersih bukan Rp10 juta tetapi menjadi Rp8 juta. Maka dalam usaha ini tingkat pengembaliannya juga 10 persen (Rp8 juta/Rp80 juta).

Tapi sebenarnya Anda masih memiliki dana sisa sebesar Rp20 juta yang bisa dimanfaatkan untuk investasi baik di deposito maupun di produk lainnya sehingga Anda bisa mendapatkan tingkat pengembalian tambahan dari total dana yang Anda miliki sebesar Rp100 juta tersebut.

Baik Mike maupun Jusuf sangat menekankan pentingnya agar Anda benar-benar mengkalkulasi tingkat pengembalian saat Anda meminjamkan uang dari perbankan untuk tujuan investasi.

"Kalau tingkat pengembaliannya lebih tinggi dari cicilan bunga ke bank, mengapa Anda tidak segera mengajukan proposal ke perbankan," sekali lagi tantang Mike Rini.

Jadi persoalannya bukan pada tingginya suku bunga kredit perbankan, tetapi pada kemampuan Anda mengembangkan usaha untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Jadi, kalau Anda mempunyai usaha yang prospektif, kenapa ragu 'membobol' bank?

No comments: