Tuesday, January 22, 2008

Pensiun

Abraham Runga Mali

Pensiun tidak sama dengan berhenti bekerja. Karena tak ada yang melarang pada saat pensiun nanti Anda harus bekerja. Tapi, tolong dipahami bahwa Anda dikatakan menikmati pensiun, kalau Anda tidak lagi bekerja untuk mendapatkan uang. Anda bebas dari persoalan finansial (financial freedom). Kalaupun bekerja, itu lebih karena hobi, atau sekadar aktualisasi diri. Untuk mencapai itu, tak ada cara lain bahwa pensiun itu harus dipersiapkan. Sudahkah Anda merancangnya?

Sebelum pembahasan pensiun dilanjutkan, mari kita secara seksama memperhatikan fakta yang diberikan oleh Rhiannon Williamson dalam artikelnya, How to Retire Healthy, Wealthy and Wise. Fakta tersebut diperoleh dari riset tentang bagaimana orang-orang menghadapi usia lanjut dan masa pensiunnya.

Menurut dia, dari 100 orang berusia muda (25 tahun), masa depannya diketahui seperti berikut. Satu orang akan menjadi kaya pada saat pensiun, lima orang tetap bekerja, 12 jatuh miskin, 29 meningal dunia, dan 49 orang menggantungkan hidupnya pada teman, keluarga dan belas kasihan pihak lain.

Dari data tersebut diketahui rata-rata hanya sekitar lima persen orang yang bisa menikmati usia tuanya dengan tenang. Ketenangan itu tercapai karena mereka tidak diganggu oleh persoalan keuangan.

Itu fakta yang diriset di Inggris, pada bangsa yang sudah terbiasa memulai sesuatu dengan persiapan. Bagaimana dengan kenyataan di sekitar kita? Tentu belum banyak atau tidak ada sama sekali riset yang dilakukan. Tapi, secara kasat mata, kita bisa meraba-raba bahwa sangat sedikit orang yang berhasil di usia tuanya. Lebih banyak yang tetap bercucuran keringat dan membanting tulang hingga ajal menjemput mereka. Atau, banyak yang menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudaranya

Kalau sekarang ditanyakan kepada Anda yang berusia 40-50 tahun, bagaimana Anda menghadapi pensiun nanti? Pasti masih banyak yang bingung. Padahal, pensiun dari tempat kerja sekarang adalah kepastian. Maka, tak ada cara lain bahwa pensiun itu harus dipersiapkan.

Itulah sebabnya, dalam disiplin perencanaan keuangan (financial planning), perencanaan pensiun (retirement planning) merupakan satu hal yang harus diberi perhatian, di samping manajemen risiko (risk planning), perencanaan pendidikan anak (child education planning), persiapan pembagian warisan (estate planning), perencanaan investasi (investment planning) dan persiapan dana darurat (emergency fund).

Siklus finansial

Menurut Mike Rini, semua perencanaan tersebut di atas, termasuk perencanaan pensiun, tak terlepas dari siklus finansial seseorang yang selalu beriringan dengan siklus hidupnya. Misalnya, untuk usia TK sampai dengan Perguruan Tinggi (usia 20-an), seseroang masih sangat bergantung pada orang tuanya.

Seusai sekolah, Anda mungkin sudah langsung mendapatkan pekerjaan. Pada saat ini, penghasilan Anda mungkin tidak terlalu besar, tapi mestinya Anda mulai membangun kebiasaan berbelanja dengan mengeluarkan uang sesuai anggaran yang sudah direncanakan.

Sejak saat ini pula, Anda mestinya sudah mulai membiasakan diri dengan tabungan untuk dana darurat sebagai cadangan atau siaga bila terjadi sesuatu yang tidak terduga-duga. Juga sangat dianjurkan agar Anda mulai menyisikan sebagian gaji untuk mempersiapan masa-masa tua (pensiun).

Pada usia 30-an, saat Anda mulai dengan kehidupan keluarga, mulai banyak hal yang harus dikerjakan. Misalnya, pada saat ini Anda perlu memiliki asuransi jiwa, karena jangan sampai keluarga Anda menderita secara finansial apabila Anda meninggal lebih awal. Selain asuransi jiwa, asuransi kesehatan dan asuransi kerugian juga perlu mendapat prioritas.

Selain asuransi, sudah saatnya pula Anda mempersiapkan dana pendidikan anak, mulai pembelian rumah dengan cara KPR. Kalau Anda memiliki harta, saatnya sekarang untuk membuat surat wasiat. Ini untuk berjaga-jaga agar kalau Anda meninggal, tidak terjadi perebutan harta di antara keluarga yang ditinggalkan.

Pada usia 40-an, saatnya Anda untuk mengevaluasi lagi semua persiapan dan jumlah tabungan. Pastikan bahwa tabungan dan investasi Anda terus meningkat. Anda juga harus yakin bahwa asuransi jiwa dan kerugian yang diambil seusai dengan kebutuhan. Pada saat ini pula, kesempatan bagi Anda untuk mengevaluasi utang-utang, terutama KPR dan cicilan kredit lainnya.

Pada usia 50-an, sebaiknya Anda mengetahui berapa saldo dana yang sudah dipersiapkan untuk pensiun Anda. Apakah jumlah itu sesuai dengan target dana yang dikumpulkan sebelum memasuki usia pensiun? Pada usia ini Anda harus mereview lagi berbagai jenis investasi. Untuk investasi yang berisiko tinggi bisa mulai dialokasikan ke investasi yang lebih rendah. Sekali lagi pastikan pula bahwa Anda bisa menikmati asuransi kesehatan hari tua.

Dengan semua persiapan di atas, maka ketika Anda merencanakan untuk pensiun di usia 60-an, Anda tinggal mengambil uang pensiun sesuai dengan kebutuhan tiap bulan. Begitu juga investasi Anda bisa dilanjutkan, tapi dilakukan pada instrumen-instrumen yang aman.

Mengapa dipersiapkan?

Beberan sekilas siklus hidup dan finansial di atas kian meyakinkan kita bahwa untuk urusan pensiun tak bisa tidak harus dipersiapkan. Bahkan, lebih awal lebih baik. Ada beberapa alasan, mengapa Anda harus mempersiapkan program pensiun secara detail dan disiplin.

Ilmu perencanaan keuangan mengenal sedikitnya empat alasan. Pertama, tingginya biaya hidup saat ini. Kedua, meningkatnya biaya hidup dari tahun ke tahun. Ketiga, ketidakpastian kondisi perekonomian di masa mendatang. Dan, keempat, ketidakpastian kondisi fisik Anda di kemudian hari.

Mungkin saja, bagi Anda yang bekerja di perusahaan, program pensiun itu sudah dipersiapkan melalui program Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) dan DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Tapi, pertanyaannya, apakah dana yang dipersiapkan itu cukup untuk menutupi biaya hidup Anda sebagai pensiunan atau tidak?

Untuk mengetahui lebih detail, persiapan itu harus langsung menyentuh beberapa persoalan berikut.

Pertama-tama yang harus ditentukan pada usia berapa Anda ingin berhenti bekerja dan menjadi pensiunan. Menentukan usia pensiun ini penting untuk mengetahui seberapa lama Anda harus mempersiapkannya.

Tentu saja bukan hanya persoalan jangka waktu. Tapi, juga berapa besar Anda harus investasikan setiap bulan untuk mencapai dana yang diinginkan. Untuk itu perlu dipastikan berapa kekuatan dana yang Anda miliki sekarang dan berapa biaya per bulan yang Anda butuhkan nanti pada saat Anda memasuki usia pensiun. Baru setelah itu, Anda tinggal menentukan instrumen investasi apa yang Anda harus lakukan untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan itu.

Misalnya saja, saat ini pada usia 35 tahun, untuk membiayai kebutuhan hidup Anda, dibutuhkan uang Rp 2 juta. Karena inflasi dan peningkatan biaya hidup, katakanlah pada usia 55 tahun, ketika Anda memutuskan untuk pensiun, biaya hidup per bulan Anda menjadi Rp 6 juta.

Setelah mengetahui angka itu, tinggal Anda mulai menabung dan melakukan investasi. Carilah investasi yang dalam tempo 20 tahun bisa mendapatkan dana sebesar Rp 6 juta per bulan untuk membiayai hidup Anda dari usia 55 tahun hingga 80 atau 90 tahun. Tidak mudah, tapi harus segera dilakukan. Mulai sekarang juga!

Lain soal, kecuali Anda sudah menetapkan bahwa di usia tua nanti Anda akan dibiayai oleh anak atau mertua anda. Atau, lebih mantap kalau Anda sudah tahu pasti bahwa usia Anda tidak akan mencapai 55 tahun.
Atau lebih heroik lagi kalau Anda mau terus bekerja hingga usia tua. Itupun harap Anda tetap berhitung bahwa pada usia setua itu, tenaga Anda sudah loyo dan fisik Anda rentan diserang penyakit.

No comments: